Selasa, 31 Januari 2012

ASKEP BRONKHITIS



KONSEP DASAR BRONKITIS

Pengertian
       Bronkitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama tiga bulan pertahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak ada penyebab lainnya.

Etiologi
        Etiologi bronkitis adalah tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis yaitu rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

A.   Rokok
Menurut Buku Report of the WHO Expert Comite On Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan erat antara merokok dan penurunan VEP (Volume Ekspirasi Paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

B.    Infeksi
Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemopilus Infulenza dan Streptococcus Pneumoniae.

C.   Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok maka resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

D.  Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralizir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

E.     Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronkitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet serta infitrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai dengan peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa sampai bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi pertama adalah merokok dan polusi udara lainnya  yang biasanya terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkas mekanisme pertahanannya menurun. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini akan mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
Manifestasi Klinik
A.   Keluhan
        Batuk, mulai dengan batuk di pagi hari dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau m    ukopurulen dan kental. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas bertambah, kadang-lkadang disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama-kelamaan timbul korpulmonal yang menetap.
B.    Pemeriksaan fisik
        Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisik, hanya kadang-kadang terdengar bunyi ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak akan terdengar bunyi ronchi pada waktu inspirasi dan ekspirasi dalam disertai bising mengi. Juga terdapat tanda-tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih kebawah, pekak jantung berkurang, suara napas dan jantung lemah, kadang-kadang disertai kontraksi otot-otot pernapasan tambahan.
C.   Pemeriksaan Dianostig
1.    Pemeriksaan Radiologis.
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hiluks menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal dan corak paruh bertambah.
2.    Pemeriksaan fungsi paru.
VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa 1 detik) menurun.
KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal  2,2 liter).
3.    Analisa gas darah.
-        PaO2: Rendah (normal 25 – 100 mmHg).
-        PaCO2: Tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
-        Satursi hemoglobin menurun.
-        Eritropoesis bertambah.
Penanganan
Tindakan suportif
        Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang:
-        Menghindari merokok.
-        Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
-        Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
-        Nutrisi yang baik.
-        Hidrasi yang adekuat.

Terapi khusus (pengobatan):
-        Bronchodilator.
-        Antimikroba.
-        Kortikosteroid.

Terapi pernapasan:
-        Terapi aerosol.
-        Terapi oksigen.

Penyesuaian fisik:
-        Latihan relaksasi.
-        Meditasi.
-        Menahan napas.
-        Rehabilitasi.

Prognosis
      Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat.


Konsep Keperawatan Bronkitis
Pengkajian
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronkitis:
Aktifitas/Istirahat:
§  Gejala:
-        Keletihan, kelelahan.
-        Ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari.
-        Ketidakmampuan untuk tidur.
-        Dispnoe pada saat istirahat.
§  Tanda:
-        Keletihan.
-        Gelisah, insomnia.
-        Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Sirkulasi:
§  Gejala: pembengkakan pada ekstremitas bawah.
§  Tanda:
-        Peningkatan tekanan darah.
-        Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
-        Distensi vena leher.
-        Edema dependet.
-        Bunyi jantung redup.
-        Warna kulit atau membran mukosa normal/cyanosis.
-        Pucat, dapat menunjukkan anemi.
Integritas ego:
§  Gejala:
-        Peningkatan faktor resiko.
-        Perubahan pola hidup.
§  Tanda: ansietas, ketakutan, peka rangsang.
Makanan/cairan:
§  Gejala:
-        Mual/muntah.
-        Napsu makan buruk/anoreksia.
-        Ketidakmampuan untuk makan.
-        Penurunan dan peningkatan berat badan.
§  Tanda:
-        Turgor kulit buruk.
-        Edema dependen.
-        Berkeringat.
-        Paltipasi abdomen dan penurunan berat badan.
Hygiene:
§  Gejala:
-        Penurunan kemampuan.
-        Peningkatan kebutuhan.
§  Tanda:
-        Kebersihan buruk.
-        Bauh badan.
Pernapasan:
§  Gejala:
-        Batuk menetap dengan memproduksi sputum setiap hari selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun, sedikitnya 2 tahun.
-        Episode batuk hilang timbul.
§  Tanda:
-        Pernapasan biasa cepat.
-        Penggunaan otot bantu pernapasan.
-        Bentuk barrel chest, bentuk pernapasan minimal.
-        Bunyi napas ronchi.
-        Perkusi hyperessonan pada paru.
-        Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku berwarna abu-abu keseluruhan.
Keamanan:
§  Gejala:
-        Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
-        Adanya/berulangnya infeksi dan seksualitas.
§  Tanda: Penurunan libido.
Interaksi sosial:
§  Gejala:
-        Hubungan ketergantungan.
-        Kegagalan dukungan terhadap pasangan atau orang terdekat.
-        Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
§  Tanda:
-        Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernapasan.
-        Keterbatasan mobilitas fisik.
-        Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

Pemeriksaan Diagnosa
1.    Sinar X dada:
§  Dapat menyatakan hyperinflasi paru-paru
§  Mendatarnya diagfragma.
§  Peningkatan area udara retrosternal.
§  Hasil normal selama periode remisi.
2.    Tes fungsi paru:
§  Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi.
§  Memperkirakan derajat disfungsi.
§  TLC meningkat.
§  Volume residu meningkat.
§  FEV1/FVC rasio volume meningkat.
§  GDA: PaO2 dan PaCO2 menurun, pH normal.
3.    Bronchogram:
§  Menunjukkan dilatasi silinder bronkus saat inspirasi.
§  Pembesaran duktus mukosa.
4.    Sputum:
§  Kultur untuk menentukan adanya infeksi.
§  Mengidentifikasi patogen.
5.    EKG:
§  Disritmia atrial.
§  Peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.

Diagnosa keperawatan
       Diagnosa keperawatan untuk brokitis adalah sebagai berikut:
§  Bersihnya jalan napas tidak berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
§  Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus.
§  Pola napas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
§  Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
§  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
§  Intorelan aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
§  Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
§  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah.


Perencanaan Keperawatan
A.               Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sehat.
§  Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten.
§  Rencana Tindakan:
1.    Auskultasi bunyi napas.
-        Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi napas.
2.    Kaji atau pantau frekuensi pernapasan.
-        Rasional: Tachipnoe biasanya ada pada beberapa erajat dan dapat ditemukan selama adanya proses infeksi akut.
3.    Dorong atau bantu latihan napas abdomen atau bibir.
-        Rasional: Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispor dan menurunkan jebakan udara.
4.    Observasi karakteristik batuk.
-        Rasional: Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan.
5.    Tingkatkan masukkan cairan sampai 3000 ml/hari.
-        Rasional: Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.


B.                Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus.
§     Tujuan:  Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
§     Rencana Tindakan:
1.    Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.
-        Rasional: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit.

2.    Tinggikan kepala tempat tidur, dorong napas dalam.
-        Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispenea dan kerja napas.
3.    Auskultasi bunyi napas.
-        Rasional: Bunyi napas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi.
4.    Awasi tanda vital dan irama jantung.
-        Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistematik pada fungsi jantung.
5.    Awasi GDA.
-        Rasional: PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
6.    Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA.
-        Rasional: Dapat memperbaiki atau mencegah burknya hipoksia.

C.               Pola napas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
§     Tujuan: Perbaikan dalam pola napas.
§     Rencana Tindakan:
1.    Ajarkan pasien pernapasan diagfragmatik dan pernapasan bibir.
-        Rasional: Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien kan bernapas lebih efesien dan efektif.
2.    Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat.
-        Rasional: Memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distress berlebihan.

3.    Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernapasan jika diharuskan.
-        Rasional: Menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernapasan.


D.              Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
§     Tujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan.
§     Rencana Tindakan:
1.    Kaji kebiasaan diet:
-        Rasional: Pasien distress pernapasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
2.    Auskultasi bunyi usus.
-        Rasional: Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3.    Berikan perawatan oral.
-        Rasional: Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
4.    Timbang berat badan sesuai indikasi.
-        Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
5.    Konsul ahli gizi.
-        Rasional: Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.


E.                 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
§     Tujuan: Menujukkan peningkatan berat badan,.
§     Rencana Tindakan:
1.    Awasi suhu.
-        Rasional: Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

2.    Observasi warna, bau sputum.
-        Rasional: Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
3.    Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
-        Rasional: Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
4.    Berikan anti mikroba sesuai indikasi.
-        Rasional: Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.

F.                 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
§     Tujuan: Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran.
§     Rencana Tindakan:
Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai.
-        Rasional: Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.


G.               Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
§     Tujuan: Pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
§     Rencana Tindakan:
1.    Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
-        Rasional: Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
2.    Berikan dorongan emosional.
-        Rasional: Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.
3.    Beri dorongan mengungkapkan ketakutan atau masalah.
-        Rasional: Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan.
4.    Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan.
-        Rasional: Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
5.    Beri dorongan spiritual.
-        Rasional: Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas kesembuhannya.


H.               Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah.
§     Tujuan: Mengatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan tindakan.
§     Rencana Tindakan:
1.    Jelaskan proses penyakit individu.
-        Rasional: Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
2.    Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
-        Rasional: Napas bibir dan napas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan napas dan meningkatkan toleransi aktivitas.
3.    Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.
-        Rasional: Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan napas.


Implementasi
       Pada tahap ini untuk melaksanakan interverensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi atau pelaksanaan perncanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap interverensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan napas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit.

Evaluasi
       Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diiharapkan telah dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan continue, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, interverensi keperawatan atau hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu:
1.    Jalan napas efektif.
2.    Pola napas efektif.
3.    Pertukaran gas adekuat.
4.    Masukan nutrisi adekuat.
5.    Infeksi tidak terjadi.
6.    Intoleransi aktivitas meningkat.
7.    Kecemasan berkurang atau hilang.
8.    Klien memahami kondisi penyakitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar